Latar Belakang

Latar Belakang2019-01-03T02:48:03+00:00

Secara umum, budaya cendekia yang  telah  berhasil ditumbuhkan dalam pendidikan di Indonesia, ternyata dirasakan tidak  cukup  untuk  membekali para  sarjana agar  dapat hidup  mandiri, berkreasi memanfaatkan sains dan  teknologi yang  telah  dipelajarinya. Selama ini pendidikan terutama di perguruan tinggi, lebih banyak  menghasilkan lulusan pekerja   yang  berpengetahuan tinggi, bukan  wirausahawan yang  dengan penguasaan sains  dan  teknologinya  berusaha secara mandiri  mensejahterakan  diri  dan masyarakatnya.

Kewirausahaan (entrepreneurship) bukan  hanya  untuk  dunia  bisnis, seseorang dengan semangat, polapikir, dan  karakter entrepreneur tidak  selalu memiliki pekerjaan sebagai pemilik bisnis. Orang  dengan cirri wirausaha memiliki karakter yang  mampu membuat perbedaan, perubahan dan  pertumbuhan positif dalam profesi dan  pekerjaan mereka walaupun di luar bidang  bisnis. Kewirausahaan dapat dipelajari  oleh  siapapun mereka yang memiliki  semangat yang tinggi (Ciputra, 2008).

Data  yang  dilansir  Kementerian  Tenaga Kerja  bahwa pada  akhir    tahun   2010   saja terdapat sekitar 10,9 juta  orang  menganggur. Di antara jumlah  itu, 11  persen adalah lulusan S-1. Kalau ditambah dengan yang  lulusan SMP dan  SMU, tentu  persentasenya lebih  besar. Mengapa orang-orang terdidik  itu menganggur? Mengapa mereka begitu bergantung kepada lapangan pekerjaan yang disediakan pemerintah atau  dunia industri? Jawabannya, salah satunya, tentu  karena mereka tidak memiliki jiwa entrepreneur. Jika memiliki, pasti jumlah mereka tidak sebanyak itu.

Dari  beberapa  fenomena  dan   kondisi  empiris  di  atas  mengharuskan kita   untuk memikirkan kembali  apa  yang sudah pernah kita perbuat selama ini dalam mendukung proses  dan   menciptakan  kondisi  yang   memungkinkan  masyarakat  kita   terutama generasi muda termasuk mahasiswa menjadi bangsa yang  mandiri  dan  memberikan kontribusi  dalam  mensejahterakan  dirinya  dan  masyarakat  lainnya.  Oleh  karena itu, diperlukan  suatu  upaya   yang   lebih   konkrit   dan   terstruktur  dalam  mendidik   dan mendukung generasi muda menjadi wirausaha yang tangguh dan mandiri.

Pendidikan  di  universitas  merupakan sarana  yang   paling   tepat  untuk   membentuk mental kewirausahaan mahasiswa. Ada beberapa alasan penting mengapa kita  perlu mempromosikan, memperkenalkan, dan mendidik  generasi muda Indonesia perihal kewirausahaan. Pertama, saat ini kita sudah memiliki terlalu  banyak  pencari kerja  dan terlalu  sedikit  pencipta  kerja.  Kedua,  pertumbuhan enterpreneur secara  keseluruhan

akan  menciptakan  kesejahteraan  masyarakat  yang  lebih  luas.  Ketiga,  fakta   bahwa kekayaan alam  Indonesia yang sangat melimpah yang membutuhkan enterpreneur yang mampu mengolahnya untuk  kesejahteraan masyarakat bangsa dan  negara. Universitas adalah sarana terbaik  untuk  mendidik  dan  melatih generasi muda karena universitas merupakan  lembaga  yang   dipercaya  masyarakat  sebagai  ‘pencetakgenerasimuda’ untuk  masa depan yang  lebih  baik.  Akan tetapi, kampus-kampus di Indonesia kurang memberi   alokasi   waktu    untuk    membekali   mahasiswa   dengan  pendidikan   dan pengalaman kewirausahaan (enterpreneurship) sehingga ketika  lulus mereka tidak siap membuka usaha.

Pendidikan kewirausahaan dapat dilaksanakan di perguruan tinggi  melalui  penciptaan dan  pengembangan Entrepreneurship Center.  Pendidikan kewirausahaan memerlukan kreativitas  dalam  penerapannya dan  tidak  hanya  menekankan pada sisi  bisnis  saja, tetapi yang  terpenting adalah membangun karakter dan  budaya kewirausahaan. Untuk mendorong   tumbuhnya  jiwa   entrepreneur  itu   dilakukan    sebagai   kegiatan   ekstra kurikuler maupun menjadi bagian kurikulum  pendidikan. Faktor  penting dari pendidikan ini adalah mengajak mahasiswa berani  menciptakan hal baru  tanpa harus bergantung pada orang  lain.

Peranan universitas dalam memotivasi sarjana menjadi wirausahawan muda sangat penting  dalam  menumbuhkan  jumlah  wirausahawan  .Dengan   meningkatnya wirausahawan dari  kalangan     sarjana akan  mengurangi pertambahan jumlah pengangguran bahkan menambah jumlah  lapangan pekerjaan. Pertanyaannya adalah bagaimana pihak universitas dapat mencetak wirausahawan muda. Peranan universitas dijelaskan oleh   Thomas Zimmerer bahwa salah satu factor pendorong pertumbuhan kewirausahaan   adalah   pendidikan   kewirausahaan,   selain   itu   Douglas   A.   Gray menyarankan  untuk   memulai  usaha sejak  dini  misalnya  pada waktu   masih  kuliah. Ciputra  mengemukakan bahwa kampus  memiliki  peran   yang  sangat penting  dalam menciptakan budaya wirausaha di Indonesia. Alasan yang    pertama adalah kampus adalah ”terminal”  utama generasi muda terdidik  untuk  masuk kedalam  pasar kerja. Kedua  kampus adalah tempat terbaik   untuk  melaksanakan pembangunan SDM dan ketiga, kampus   memiliki kelompok SDM pendidik  yang memiliki komitmen untuk mengembangkan  potensi  generasi  muda.  Berdasarkan  fenomena  tersebut  di  atas, maka     diperlukan   suatu   wadah   sebagai   pusat   inspirasi,   kreasi,   inovasi   dan pengembangan sikap  dan  mental  kewirausahaan  bagi  dosen dan  mahasiswa  serta masyarakat luas.