Secara umum, budaya cendekia yang telah berhasil ditumbuhkan dalam pendidikan di Indonesia, ternyata dirasakan tidak cukup untuk membekali para sarjana agar dapat hidup mandiri, berkreasi memanfaatkan sains dan teknologi yang telah dipelajarinya. Selama ini pendidikan terutama di perguruan tinggi, lebih banyak menghasilkan lulusan pekerja yang berpengetahuan tinggi, bukan wirausahawan yang dengan penguasaan sains dan teknologinya berusaha secara mandiri mensejahterakan diri dan masyarakatnya.
Kewirausahaan (entrepreneurship) bukan hanya untuk dunia bisnis, seseorang dengan semangat, polapikir, dan karakter entrepreneur tidak selalu memiliki pekerjaan sebagai pemilik bisnis. Orang dengan cirri wirausaha memiliki karakter yang mampu membuat perbedaan, perubahan dan pertumbuhan positif dalam profesi dan pekerjaan mereka walaupun di luar bidang bisnis. Kewirausahaan dapat dipelajari oleh siapapun mereka yang memiliki semangat yang tinggi (Ciputra, 2008).
Data yang dilansir Kementerian Tenaga Kerja bahwa pada akhir tahun 2010 saja terdapat sekitar 10,9 juta orang menganggur. Di antara jumlah itu, 11 persen adalah lulusan S-1. Kalau ditambah dengan yang lulusan SMP dan SMU, tentu persentasenya lebih besar. Mengapa orang-orang terdidik itu menganggur? Mengapa mereka begitu bergantung kepada lapangan pekerjaan yang disediakan pemerintah atau dunia industri? Jawabannya, salah satunya, tentu karena mereka tidak memiliki jiwa entrepreneur. Jika memiliki, pasti jumlah mereka tidak sebanyak itu.
Dari beberapa fenomena dan kondisi empiris di atas mengharuskan kita untuk memikirkan kembali apa yang sudah pernah kita perbuat selama ini dalam mendukung proses dan menciptakan kondisi yang memungkinkan masyarakat kita terutama generasi muda termasuk mahasiswa menjadi bangsa yang mandiri dan memberikan kontribusi dalam mensejahterakan dirinya dan masyarakat lainnya. Oleh karena itu, diperlukan suatu upaya yang lebih konkrit dan terstruktur dalam mendidik dan mendukung generasi muda menjadi wirausaha yang tangguh dan mandiri.
Pendidikan di universitas merupakan sarana yang paling tepat untuk membentuk mental kewirausahaan mahasiswa. Ada beberapa alasan penting mengapa kita perlu mempromosikan, memperkenalkan, dan mendidik generasi muda Indonesia perihal kewirausahaan. Pertama, saat ini kita sudah memiliki terlalu banyak pencari kerja dan terlalu sedikit pencipta kerja. Kedua, pertumbuhan enterpreneur secara keseluruhan
akan menciptakan kesejahteraan masyarakat yang lebih luas. Ketiga, fakta bahwa kekayaan alam Indonesia yang sangat melimpah yang membutuhkan enterpreneur yang mampu mengolahnya untuk kesejahteraan masyarakat bangsa dan negara. Universitas adalah sarana terbaik untuk mendidik dan melatih generasi muda karena universitas merupakan lembaga yang dipercaya masyarakat sebagai ‘pencetakgenerasimuda’ untuk masa depan yang lebih baik. Akan tetapi, kampus-kampus di Indonesia kurang memberi alokasi waktu untuk membekali mahasiswa dengan pendidikan dan pengalaman kewirausahaan (enterpreneurship) sehingga ketika lulus mereka tidak siap membuka usaha.
Pendidikan kewirausahaan dapat dilaksanakan di perguruan tinggi melalui penciptaan dan pengembangan Entrepreneurship Center. Pendidikan kewirausahaan memerlukan kreativitas dalam penerapannya dan tidak hanya menekankan pada sisi bisnis saja, tetapi yang terpenting adalah membangun karakter dan budaya kewirausahaan. Untuk mendorong tumbuhnya jiwa entrepreneur itu dilakukan sebagai kegiatan ekstra kurikuler maupun menjadi bagian kurikulum pendidikan. Faktor penting dari pendidikan ini adalah mengajak mahasiswa berani menciptakan hal baru tanpa harus bergantung pada orang lain.
Peranan universitas dalam memotivasi sarjana menjadi wirausahawan muda sangat penting dalam menumbuhkan jumlah wirausahawan .Dengan meningkatnya wirausahawan dari kalangan sarjana akan mengurangi pertambahan jumlah pengangguran bahkan menambah jumlah lapangan pekerjaan. Pertanyaannya adalah bagaimana pihak universitas dapat mencetak wirausahawan muda. Peranan universitas dijelaskan oleh Thomas Zimmerer bahwa salah satu factor pendorong pertumbuhan kewirausahaan adalah pendidikan kewirausahaan, selain itu Douglas A. Gray menyarankan untuk memulai usaha sejak dini misalnya pada waktu masih kuliah. Ciputra mengemukakan bahwa kampus memiliki peran yang sangat penting dalam menciptakan budaya wirausaha di Indonesia. Alasan yang pertama adalah kampus adalah ”terminal” utama generasi muda terdidik untuk masuk kedalam pasar kerja. Kedua kampus adalah tempat terbaik untuk melaksanakan pembangunan SDM dan ketiga, kampus memiliki kelompok SDM pendidik yang memiliki komitmen untuk mengembangkan potensi generasi muda. Berdasarkan fenomena tersebut di atas, maka diperlukan suatu wadah sebagai pusat inspirasi, kreasi, inovasi dan pengembangan sikap dan mental kewirausahaan bagi dosen dan mahasiswa serta masyarakat luas.